Kamis, 04 November 2010

Tugas 3(Ilmu Sosial Dasar)Homo Homini Sosio Dan Homo Homini Lupus

Defini manusia

Manusia di definisikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya dan berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain.

Definisi Homo Homini Socio 1

Manusia sudah jelas tidak bisa hidup sendiri, karena manusia disebut manusia social. Manusia membutuhkan informasi-informasi untuk mengetahui keadaan kehidupan yang ada, untuk mempertahankan hidup di dunia ini. Manusia adalah makhluk yang mempunyai aturan-aturan yang berbeda-beda di dunia ini. Peraturan tersebut dibuat untuk mentertibkan dan menyesuaikan dengan keadaan titik tempat tersebut serta mentertibkan komunikasi antar manusia. Globalisasi adalah perubahan secara besar-besaran atau secara umum meluas. Dalam arus globalisasi yang berkembang sangat cepat ini manusia menjadi makhluk yang sangat mudah meniru dalam arti meniru sesuatu yang ada di masyarakat yang terdiri dari :

1. Manusia mudah meniru atau mengikuti perkembangan kebudayaan-kebudayaan, dimana manusia sangat mudah menerima bentuk-bentuk perkembangan dan pembaruan dari kebudayaan luar, sehingga dalam diri manusia terbentuklah pengetahuan, pengetahuan tentang pembaruan kebudayaan dari luar tersebut.

2. Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia, sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Secara umum, keinginan manusia untuk meniru bisa terlihat jelas dalam suatu ikatan kelompok, tetapi hal ini juga kita dapat lihat di dalam kehidupan masyarakat secara luas.Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial. Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1. Tekanan Emosiaonal. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Definisi Homo homini 2

Setiap manusia tidak bisa hidup sendiri dalam menjalani umurnya di dunia ini, makhluk pertama yang bernama Adam pun melakukan komplain kepada Allah SWT atas kesendirian beliau hingga diciptakanlah makhluk yang bernama Hawa. Begitu juga kita sebagai keturunan Nabi Adam pasti juga demikian, atas kasih sayang Allah SWT terhadap seluruh hamba-Nya di dunia ini maka kita diciptakan berpasang-pasangan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa sebagai bentuk hubungan antar makhluk ciptaan Allah SWT dengan tujuan agar kita saling kenal mengenal. Siapapun anda, sekurang-kurangnya memiliki 100 orang yang dikenal. Setiap orang di sekitar kita pasti berpengaruh kepada kita; baik positif maupun negatif sebagaimana kata Aa’ Gym dalam ceramah beliau: berteman dengan orang yang jual minyak wangi maka kita akan kena wanginya, kalau berteman dengan pande besi maka bau pande besi. Namun bukan berarti kita harus mengesampingkan orang-orang yang berpengaruh buruk dan menghambat perjalanan kita meraih kesuksesan. Sebaliknya, kitalah yang harus memperkuat pengaruh positif agar dapat merubah pengaruh negatif tersebut. Teringat pesan orang tua penulis “Jadilah Muhammad (pen: Nabi Muhammad) yang merubah orang-orang di sekitarnya’, pesan tersebut memiliki makna bahwa kita harus menebarkan kebaikan di manapun, kepada siapa pun dan kapan pun.
Kenapa kita perlu bergaul? Karena kita makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, binatang yang hanya mengandalkan nafsunya pun memerlukan binatang lainnya dalam dunia kebinatangannya, apalagi manusia yang hidup dengan pikiran, nafsu dan perasaan. Jadi, pergaulan atau yang kita kenal dengan silaturrahmi adalah proses pengembangan akses dan bukan jamannya lagi mengembangkan aset, karena aset pada umumnya ada karena kita memiliki akses sebagai sarana mendapatkan aset seperti sabda Rasulullah: siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung tali silaturrahim. (HR. Bukhari).

Begitu indah silaturrahim dalam kehidupan ini dan memiliki banyak manfaat sebagai eksistensi kita sebagai manusia, sepengetahuan saya manfaat dari silaturrahim diantaranya.

1) Belajar dari pengalaman orang lain, hal ini sangat penting mengingat waktu kita sangat terbatas untuk mengenyam berbagai pengalaman. Mendengar cerita kesuksesan seseorang dalam menekuni bisnisnya selama 5 tahun, berarti kita telah menghemat waktu yang cukup banyak untuk mendapatkan pengalaman dalam bidang tersebut. Bagaimana jika kita banyak berdialog dengan banyak orang yang memiliki jutaan pengalaman?.

2) Memanfaatkan relasi teman, menurut saya ini metode Multi Level Marketing (MLM), apabila kita punya 10 orang kenalan yang prospektif dan memiliki akses 100 orang yang berpengaruh, maka minimal kita telah memiliki akses 100 orang yang berpengaruh juga.

3) Kekurangan kita tertutup, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, semisal anda tidak bisa mengendarai mobil, maka manfaatkanlah teman anda untuk mengendarainya dan manfaatkan dia untuk mengajari anda mengendarai mobil.

4) Pasar yang potensial, bisnis apapun yang kita miliiki, pasar atau komunitas yang pertama kali harus dibidik adalah orang terdekat atau teman. Karena merekalah yang telah mengenal dan mengetahui reputasi kita, sebab membangun kepercayaan pun di tengah-tengah mereka menjadi lebih mudah.

5) P3K, artinya pertolongan pertama pada kecelakaan. Ingat masa di pondok pesantren, orang yang pertama kali tempat kita meminjam uang adalah teman, bukan pak kyai ataupun jasa peminjaman uang. Orang yang pertama kali menolong dikala sakit adalah teman. Dan masih banyak lagi manfaat dari sebuah pergaulan positif dengan relasi kita.

Sosialisasi

Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116). Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.

Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan

Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

Definisi Homo Homini Socio 3

Pengembangan manusia sebagai makhluk social dalam kerangka pendidikan. Tidak disangkal bahwa ia berhubungan dengan makhluk-makhluk lainnya. Ia tidak tinggal dan hidup sendirian saja. Sebaliknya selalu bersama dan berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukan cuma sekedar suatu naluri yang diwariskan secara biologis semata-mata. Tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu menunjukan adanya suatu ikatan social tertentu. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan individu yang lainnya, karena seorang individu tidak bisa hidup tanpa individu lainnya. Maka timbul kelompok-kelompok social di dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok social tersebut merupakan himpunan manusia yang hidup bersama.

Di dalam kehidupan manusia, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga negara masyarakat dan warga. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak-watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan antarindividu. Manusia dan masyarakatnya bukan merupakan dua realitas yang asing satu sama lain, yang saling mempengaruhi dari luar, melainkan membentuk horizon dinamis dalam hubungan yang dialektis. Keduanya merupakan lapangan kerjasama dengan dorongan dialektis, saling memajukan dan saling memperkembangkan. Untuk itu kemajuan manusia merupakan hasil kerjasama antarmanusia bukan hasil seseorang. Sebagai konsekuensinya, manusia dan masyarakatnya merupakan dua momen itu saling melengkapi atau komplementer.

Disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk social karena manusia tunduk pada aturan, norma social, perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya . Secara alamiah jenis kelamin seorang anak yang baru lahir diketahui sebagai laki - laki atau perempuan .
Anak muda laki - laki dikenal sebagai putra dan laki - laki dewasa biasanya disebut dengan pria . Sedangkan akan muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan yang dewasa dikenal sebagai seorang wanita .
Penggolongan lainnya juga bisa berdasarkan usia . Dimulai dari janin , bayi , balita , anak - anak , remaja , akil balik , pemuda / pemudi , dewasa , dan orang tua .

Selain itu masih banyak penggolongan lainnya berdasarkan ciri - ciri fisik yang dimiliki seperti warna kulit , rambut , mata , bentuk hidung , dan tinggi badan .
Hubungan kekerabatan sepeeti keluarga dekat , keluarga jauh , keluarga tiri , keluarga angkat , keluarga asuh , teman , ataupun musuh .

Ciri - ciri fisik :

Dalam biologi , manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka bumi . Pembelajaran manusia terkadang juga diperluas ke aspek psikologis serta ragawinya , tetepi biasanya tidak ke rohani atau keagamaannya .
Satu - satunya subspesies yang tersisa dari homo sapiens ini adalah homo sapiens sapiens . Mereka biasanya dianggap sebagai satu - satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus homo . Manusia menggunakan daya penggerak berupa dua kaki yang sangat sempurna .

Warna kulit manusia bervariasi dari hampir hitam hingga putih kemerahan . Secara umum orang dengan nenek moyang yang berasal dari daerah terik mempunyai kulit yang lebih hitan dibandingkan dengan orang yang bernenek moyang dari daerah yang hanya mendapat sedikit sinar matahari .
Dan rata - rata wanita memiliki kulit yang sedikit lebih terang dibandingkan dengan pria .

Ciri - ciri mental :

Banyak manusia menganggap dirinya organisme dalam kerajaan hewan , meski ada perdebatan apakah cetaceans seperti lumba - lumba dapat saja memiliki intelektual yang sebanding .
Tentunya manusia adalah satu - satunya hewan yang terbukti berteknologi tinggi . Manusia memiliki perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar di antara semua hewan besar .

Kemampuan manusia memiliki perasaan , seperti sedih ataupun bahagia membedakan manusia dengan organisme lainnya

Habitat :

Gaya hidup asli manusia adalah pemburu dan pengumpul . Gaya hidup manusia lainnya adalah nomadisme atau berpindah - pindah tempat . Manusia mempunyai daya tahan yang baik untuk memindahkan habitat mereka dengan berbagai alasan seperti pertanian , pengairan , urbanisasi , serta pembangunan .
Perkampungan manusia yang digunakan untuk menetap bergantung pada ketersediaanya pada sumber air dan sumber daya alam lainnya seperti lahan subur untuk menanam .

Homo Homini Lupus

“Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” atau disebut juga “Homo Homini Lupus” istilah ini pertama kali di kemukakan oleh palutus pada tahun 945, yang artinya sudah sangat lama dan kita masih belum sadar. Di jaman sekarang ini sangat sulit menjadikan seperti seorang manusia pada umumnya. Tidak bisa dipungkiri hidup di dalam suatu negara sangat dibutuhkan sosialisasi karena kita tidak dapat hidup dengan sendirinya tanpa ada manusia lain. Apalagi seperti keadaan kita hidup di jaman yang serba susah. Demi mempertahankan hidup itu sendiri kita rela melakukan apa saja mulai dari hal yang haral hingga haram. Untuk mewujudkan itu semua memang tidak mudah dimana kita harus menghadapi berbagai konflik yang akan memicu lahirnya sikap saling mangsa dan disinilah peran hati nurani dan ego dibutuhkan.

Tidak bisa dipungkiri untuk hidup di suatu wilayah sangat dibuthkan sosialisasi karena kita tidak hidup sendiri di dunia ini , kita masih membutuhkan manusia lainnya . Apalagi di zaman yang serba susah ini . Demi bertahan hidup biasanya orang rela melakukan apa saja . Mulai dari hal yang halal sampai hal yang diharamkan , semua itu tentunya dilakukan demi memperjuangkan kehidupan yang lebih baik . Untuk mewujudkannya memang tidak mudah , dimana kita harus menghadapi berbagai macam konflik yang akan memicu lahirnya sikap saling mangsa satu dengan yang lainnya .

Gambaran manusia di zaman sekarang ini sangatlah mengerikan dari segi sikap dan perbuatan terkadang malah lebih keji daripada hewan yang buas . Saling sikut , saling berebut , saling tikam , bahkan saling memangsa layaknya serigala buas yang siap menerkam mangsanya demi kepuasaan pribadi .

Sebagai contoh sejak zaman Adam dan Hawa . Pada zaman ini sudah terjadi pembunuhan anak Adam dan Hawa , doktrin gereja , perang dunia , sampai akhirnya terorisme .
Kekerasan serta penghilangan nyawa seseorang merupakan fakta yang tidak bisa dibantah tentang kejamnya manusia kepada sesamanya manusia lainnya .

Banyak manusia yang dilarang malah semakin tertantang untuk melakukan hal yang telah dilarang itu . Contohnya , semakin tinggi pagar rumah maka akan semakin menantang untuk dimalingi oleh pencuri . Hal yang lebih kejam lagi , perang dunia , pembunuhan , pemboman , mutilasi , pembakaran , dan masih banyak lainnya .
Hal itu merupakan tindakan manusia yang dilakukan untuk manusia juga . Dan hal itu merupakan contoh " manusia adalah serigala bagi manusia lainnya " . Itulah sebabnya manusia dianggap sebagai lupus ( serigala ) yang membunuh atau memakan manusia lainnya yang dianggap lebih lemah .

Pengakuan sebagai umat beragama yang patuh terhadap ajaran agamanya sering kali digunakan sebagai alasan atas tindakan kekerasan yang dilakukannya atau bahkan tindakan yang sampai menghilangkan nyawa orang lain .
Banyak pelaku kekerasan menyatakan al itu adalah masalah iman , masalah Tuhan , dan masalah kebenaran . Padahal kebenaran itu adaah kebenaran yang ditafsirkan oleh manusia itu sendiri .
Padahal sebagai seorang agamawan yang baik tentu akan menghargai kebhinekaan , meerima orang lain apa adanya dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya , tidak munafik , tidak sombong , dan secara tulus menghargai segala perbedaan yang ada .
Pemahaman agama yang salah lah yang nantinya akan menimbulkan konflik dan perpecahan .

Banyak manusia yang selalu merasa bahwa dirinya yang paling benar . Sebaiknya kita masing - masing bisa membedakan mana yang benar dan yang salah , baik dan buruk , indah atau tidak .

Dalam dunia nyata , homo homini lupus sebenarnya tidaklah asing . Banyak terdapat dalam kasus perdagangan manusia entah untuk kepentingan sebagai buruh pabrik , pekerja di dunia prostitusi , atau dengan berbagai macam modus lainnya .
Di negara China modus yang banyak digunakan adalah penculikan . Mulai dari anak kecil sampai dewasa . Di Indonesia modus itu dimanfaatkan dengan keterjepitan keadaan ekonomi .

Melihat banyaknya kasus homo homini lupus yang terjadi di dunia ini , sebaiknya kita sebagai makhluk yang paling special janganlah ikut - ikutan menjadi lupus ( serigala ) bagi sesama kita manusia . Mari kita semua sebagai makhluk hidup kembali berkumpul agar dapat ke tempat tujuan kita semua yang telah diciptakan oleh Tuhan , yaitu Surga .

Pengakuan sebagai umat beragamapun yang telah patuh terhadap ajaranya kerap kali sebagai alasan tindakan kekerasan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran (kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri).
untuk menghadapi ini semua haruskah kita pun menjadi serigala ? atau hanya diam dan menjadi domba yang berada di tengah-tengah gerombolan para serigala lapar ?

Negara menurut teori Thomas Hobbes dibutuhkan untuk mencegah kesewenang-wenangan pihak yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan terhadap rakyat yang lemah. Hobbes menilai bahwa negara dibutuhkan perannya yang besar agar mampu mencegah adanya “homo homini lupus” atau manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Hobbes memunculkan teori ini karena di masanya ia melihat adanya kesewenang-wenangan terhadap golongan yang lemah, sehingga perlu adanya peran negara untuk mencegah ini.

Apa yang telah dikemukakan oleh Thomas Hobbes masih sangat relevan dengan kondisi Aceh saat ini. Masa konflik atau saat diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh, merupakan masa yang paling suram terhadap supremasi hukum di Indonesia. Masa ini merupakan masa terjadinya pelanggaran HAM baik itu pelanggaran Hak-hak sipil dan Politik (Sipol) maupun pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (Ekosob). Penghilangan nyawa secara paksa, pembunuhan diluar prosedur hukum, dan penyiksaan adalah telah dilanggarnya Hak-hak Sipil dan Politik.

Namun di balik itu, ternyata situasi konflik telah dimanfaatkan oleh golongan yang berwatak kapitalis untuk melangsungkan kepentingan ekonominya. berbagai macam dalih dan alasan yang digunakan untuk meloloskan kepentingannya. Dengan dalih Developmentalisme, situasi konflik makin memuluskan kepentingan mereka untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.
Dengan memanfaatkan birokrasi dan kekuatan bekingan, golongan kapitalis yang berwujud dalam simbol perusahaan, telah menjadikan Aceh sebagai lahan eksploitasi yang sangat strategis. Tidak peduli prosedur hukum dan kemanusiaan, yang terpenting hasrat untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya harus bisa diwujudkan. Itulah kekejaman, keburukan dan kejelekan dari kapitalisme yang saat ini bermetamorfosis dengan berbagai bentuk yang lainnya.

Penyerobotan tanah dan upaya pengambilan tanah secara paksa dari masyarakat ternyata persoalan yang sudah lumrah terjadi di masa konflik. Masyarakat yang sadar untuk membela hak-haknya, namun apa daya, masyarakat terpaksa harus diam dan pasrah menerima realitas yang terjadi. Lantas di manakah para pejuang demokrasi dan pegiat HAM saat itu? Jawabannya kembali dengan sebuah pertanyaan, siapa yang sanggup menghadapi kekuatan bedil dan kekuatan birokrasi yang terstruktur? jawabannya adalah ajal akan menjemput bagi siapa saja yang berani untuk menghadang.

Wal hasil, kapitalis semakin tidak ada hambatan lagi untuk untuk melakukan eksploitasi ekonominya di Aceh. Kekuatan-kekuatan pemrotes, kekuatan-kekuatan penghambat lainnya mampu dibungkam dengan aliran dana untuk membela dan melanggengkan kepentingan mereka.

Adanya Akademisi, adanya aktivis HAM dan tokoh-tokoh yang memiliki idealisme juga tidak bisa berbuat banyak terhadap realitas yang terjadi. Ibarat tikus dalam mulut ular, meronta-ronta namun tetap jua tidak berhasil melepaskan diri. Pelanggaran HAM terus berlangsung selama 10 tahun di Aceh.

Tatkala rezim yang paling ditakuti hancur, sesaat itulah riak-riak perlawanan dikumandangkan. Saat itulah mulai muncul keberanian rakyat untuk menyuarakan berbagai kebobrokan, kebohongan dan kekejaman rezim yang berkuasa. Rakyat kemudian menghendaki adanya perubahan yang signifikan.

Rezim otoritarian telah berganti, namun kita tidaklah harus hidup dalam euforia yang berkepanjangan. Masih banyak pekerjaan, masih banyak hal yang harus dirubah. Perubahan tidak akan datang dengan hanya berharap turun dari langit, perubahan perlu kita lakukan. Teringat dalam sebuah ayat Al-Quran yang berbunyi “tidaklah Kami ubah nasib sesuatu kaum, sebelum mereka sendiri yang mengubahnya.”

Saat ini Aceh telah damai, tentunya banyak yang selalu mengatakan Aceh telah damai, jadi lupakan semua kejadian di masa konflik karena bila diingat akan berpotensi kembali terjadinya konflik. Rasa-rasanya ada benar juga apa yang dikatakan oleh mereka itu. Namun, perlu kita kritisi kembali sebenarnya bagaimana konsep melanggengkan perdamaian itu? Teringat pada sebuah buku yang pernah saya baca dengan Judul “Pantat Bangsaku”, dalam buku itu tersirat bahwa bangsa Indonesia dengan mudahnya melupakan sejarah kekejaman masa lalu dan sejarah bobroknya pemerintahan. Semenjak membaca buku itu saya kembali teringat haruskah saya melupakan kekejaman yang terjadi di masa lalu?

Aceh yang masyarakatnya sangat kental dengan Syariat Islam. Masyarakat Aceh sangat akrab dengan kitab-kitab kuning. Dalam masa duduk di pesantren tradisional, selalu terngiang-ngiang akan hukum Islam terkait dengan pembunuhan. Dijelaskan oleh Teungku (guru ngaji) bahwa hukum membunuh dalam Islam adalah nyawa dibayar dengan nyawa kecuali bagi pihak korban/ahli waris mau menerima damai dengan syarat dibayarnya diyat (ganti kerugian). Komisi Kebenaran dan rekonsiliasi (KKR) yang bertugas untuk mencari kebenaran dan rekonsiliasi serta Pengadilan HAM yang bertugas untuk memeriksa dan mengadili pelanggaran HAM di Aceh, akan dibentuk secara khusus sesuai dengan amanah UU No.11 Tahun 2006. Namun bagaimana nasib UU KKR setelah dijudicial review oleh Mahkamah Konstitusi? semuanya belum ada kepastian hukum terhadap dua lembaga tersebut yang akan dibentuk di Aceh. Badan Reintegrasi Aceh (BRA) yang mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan persoalan integrasi, dalam prakteknya juga menuai berbagai masalah.

Pekerjaan-pekerjaan di atas merupakan tanggung jawab negara untuk menyelesaikan melalui aparaturnya. Baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah Aceh sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap penyelesai persoalan hukum dan HAM di Aceh. Damai itu indah bila penjahat HAM diadili, damai itu indah bila persoalan-persoalan pelanggaran hukum dan pemenuhan HAM terhadap rakyat sebagai warisan dari zaman konflik bisa diselesaikan. Jika tidak, kembali kita mengacu pada pendapatnya Thomas Hobbes Homo homini lupus artinya manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, apakah negara bisa mencegah manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya? atau justru negara yang menjadi serigala bagi rakyatnya yang lema

Tidak ada komentar:

Posting Komentar